URGENSI DIGITAL LEADERSHIP UNTUK KEMAJUAN ORGANISASI DI ERA DIGITAL 4.0

pimdaipnwltg
2

Penggunaan teknologi sudah tidak lagi stagnan dalam 1 orientasi saja yaitu system informasi, akan tetapi teknologi sudah menyebar secara universal dan sudah mamou merubah pola hidup manusia . hal yang paling jelas dari adanya teknologi adalah system kerja manusia serta niilai budaya yang mulai bergeser. Dalam konsep beroragnisasi teknologi hadir membawa sejuta manfaat yang mampu menaikkan kredibilitas serta popularitas organisasi tersebut, tentunya dengan menggunakannya pada hal-hal yang positif. Disamping itu juga, konsep dan pola kepemimpinan semakin mudah dengan adanya teknologi atau yang sering disebut digital. Penerapan konsep digital leadership awalnya memang merupakan hal yang sulit untuk  di implementasikan di sebuah organisasi kemahasisswaan, hal ini dikarenkan sarana dan prasasrana yang kurang memadai. Namun dengan hadirnya istilah baru yakni digital 4.0 menuntut secara universal semua elemen manusia untuk mampu berdaptasi dan menjadikan teknologi sebagai wajah baru dalam kehidupan.

Digital leadership merupakan konsep kepemimipinan dengan pemanfaatan teknologi untuk kemajuan suatu organisasi. Kepemimpinan ini mendorong transformasi ke arah kemajuan organiasasi. Kepemimpinan digital menitikberatkan tranformasi digital  bukan pada teknologi itu sendiri melainkan pada pemanfaatan fungsi, strategi, struktur dan pengaplikasiannya. Sebagai contoh adalah metode penyebaran informasi yang awalnya manual sebatas media cetak namun dengan lahirnya teknologi bertransformasi menjadi seperti pamplet, google form dan lain-lain. Hal ini mendorong kemajuan system kerja dalam organisasi sehingga dengan waktu dan biaya menjadi lebih efisien serta elektabilitas suatu organisasi akan tetap terjaga eksistensinya.

Kepemimpinan digital juga dikenal  dengan sebutan e-leadership yang membedakan dengan kepemimpinan tradisional. Konsep kepemimpinan ini diperkenalkan oleh avolio kahai, dan dogde yang termuat dalam artikel ilmiah E-leadership implications for theory, practice and reaseach. Dimana dalam artikel disebutkan bahwa tugas anggota dititikberatkan dalam penggunaan teknologi khususnya internet hal ini disebut juga dengan e-envoronment.

E-laedarship memilki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan kepemimpinan biasa. Pertama, dalam hal komunikasi e-leadership membutuhkan penggunaan media elektronik dalam komunikasi dengan anggota lainnya. Penggunaan media informasi yang digital seperti faceebook, whatshap, istagram, twitter, zoom dan lain sebagainya dapat digunakan dengan mudah dalam berkomunikasi baik sekedar komunikasi antara 2 orang maupun rapat-rapat dengan anggota lebih dari 3 orang.

Kedua, seorang e-leader harus memiliki kemampuan berfikir dan bekerjasama tanpa adanya batasan ruang, waktu dan rintangan budaya dimana pengawasan dan intraksi tatap muka tidak diperlukan. Problematika anggota dalam organisasi pada jarak dan waktu sehingga ketika organisasi tesebut merupakan organisasi besar yang anggotnya tersebar di berbagai daerah sangat sulit dan minim sekali peluang untuk mengadakan pertemuan-pertemuan. Dan disinilah peran teknologi informasi sebagai penyambung komunikasi antara pimpinan organisasi dengan anggotanya.

Ketiga, pemimpin digital memiliki kemampuan untuk memantau dan mengkoordinir tugas secara virtual dengan efektif. Salah satu tugas dari seorang pemimpin adalah controlling. Ketikan sebuha rencana sudah disusun kemudian mulai action dalam pelaksanaannya, maka disinlah tugas seoang pimpinan yang sangat urgent yakni sebagai pengontrol jalan atau tidaknya plan tersebut. Hadirnya teknologi mampu meberikan efisiensi waktu dan ruang bagi seorang pemimpin untuk melaksanakan tugasnya tersebut. Hal ini juga mampu dimanfaatkan oleh seorang pimpinan apakah anggotanya melaksankana tugas dan fungsinya  dengan baik atau tidak.

Yang keempat, selain fleksibel dalam ruang dan waktu, seorang e-leader dapat beradaftasi dengan perubahan lingkungan teknologi. Perkembangan teknologi yang pesat mampu disesuakan dari segi sarana dan prasarana maupun dengan intlektual anggota organisasi. 

Era digital 4.0 menuntut semua elemen masyarakat untuk mampu menggunakan teknologi sebagai daya dukung baik dari segi sosisal, ekonomi dan budaya. Dalam konsep berorganisasi, orentasi pengunaan teknologi sangat urgent melihat dari karakteristik diatas. Hal itu menjadi perbandingan konsep kepemimpinan biasa dengan kepemininan digital.

Pemerintah Indonesia sendiri melalui kementrian komunikasi dan informasi (KOMINFO) telah menyiapkan peta jalan Indonesia digital 2021-2024 sebagai pedoman strategis dalam melaksanakan agenda tranformasi digital nasional.. peta jalan tersebut dirancang untuk dimplementasikan pada empat sector strategis yakni infrastrukutur digital (digital infrastructure), pemerintahan digital (digital governance), ekonomi digital (digital economy) dan masyarakat digital (digital society). Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh kementrian kominfo yakni melalui kegiatan Gerakan Nasional Litersai Digital (GNLD) untuk tingkat dasar dan ditargetkan untuk 12,5 juta peserta setiap tahunnya sampai 2004. Kemudian untuk tingkat menengah (intermediate), kementrian kominfo menghadirkan program Digital Talentt Scholarship (DTS) yang memfasilitasi program upskilling maupun reskilling dibidang digtal dengan target 100.000 peserta di seluruh Indonesia tahun 2021.   

Upaya pemerintah diatas untuk mengembangkan transformasi digital bisa dinilai sangat memperhatikan dan sangat menginginkan perubahan di masyarakat Indonesia. Dilihat dari kinerja dan upaya pemerintah diatas, konsep digital leadership akan menjadi hal baru dan menjadi metode baru dalam kepemimpinan dari segala jenis organisasi, baik organisasi social kemasyrakatan Maupun organisasi kemahasiswaan dan lain sebagainya.

Hadirnya e-leadership, kemudian upaya pemerintah mengembangknnya di Indonesia perlu dipandang penting bagi organisasi kemahasiswaan sebab mahasiswa merupakan agent of change yang dimana dalam pelaksaannya pasti akan menitik beratkan dari mahasiswa terlebih dahulu.  Inilah moment yang harus dimanfaatkan sebagai daya dukung untuk mengembangkan orgasnisasi kemahasiswaan sehingga output dari organisasi yang diikuti memiliki dampak besar.

Organisasi kemahasiswaan baik internal kampus seperti Badan Ekskutip Mahasiswa (BEM), Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) maupun eksternal kampus seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Himpunan Mahasiswa Nahdlatul Wathan (HIMMAH NW) dan lain sebagainya bukanlah organisasi  kemahasiswaan yang bergerak dibidang teknologi secara khusus. Namun apakah akan tetap menggunakan system kepemimpinan biasa di era digital 4.0 ?

Tentu jawabannya adalah tidak, semua organisasi kemahasiswaan harus mampu mengembangkan diri sesuai dengan tuntutan keadaan yang ada. Eksistensi organisasi kemahasiswaan yang menggunakan konsep digital leadership akan jauh lebih maju dari pada organisasi yang masih berorientasi dengan konsep kepemimpinan biasa.  Adapun manfaat yang akan diperoleh bagi organisasi kemahasiswaan yang menggunakan  konsep  digital leadership adalah sebagai berikut :

Pertama, tugas anggota lebih mudah dan ringan. berdasarkan hasil Study Oxford Economics dan SAP. Organisasi yang mengadopsi digital leadership akan lebih mudah dan ringan. Organisasi. Contoh penerapannya dalam dunia nyata adalah ketika ada suatu kegiatan-kegiatan seperti rapat atau diskusi harus menyiapkan beberapa hal yang urgent diantaranya adalah lokasi, sound system dan lain lain. Namun sekarang hal itu sudah sangat mudah sekali yakni hanya melalui virtual seperti menggunakan zoom, google meet dan lain lain maka semuanya terlaksana.

Kedua, waktu lebih efisien. jarak yang jauh menjadi problematika hamper semua organisasi di Indonesia. Kegiatan yang dilaksanakan organisasi seperti seminar, takshow dan pelatihan-pelaatihan biasanya akan diikuti oleh peserta-peserta yang sudah ditentukan sebelumnya dengan melihat letak peserta dari lokasi kegiatan.. namun sekarang hanya bisa melalui media social seperti dengan pembuatan pamflet inforrmasi yang kemudian pelakasaannya secara virtual juga.

Ketiga, kepemimpinan lebih kuta. Kepemimpinan digital membantu seorang pemimpin untuk mengambil keputusan yang lebih objektif. Keputusan para digital leader cenderung lebih tepat. Inilah yang membuat kepemimpinannya lebih kuat dan disukai oleh anggita.

Keempat, lebih inklusif dan beeragam. Organiassi dengan penerapan digital leadership cenderung lebih inklusif dan mengakui dampak positifnya pada budaya kerja.. disamping itu, proporsi anggota menjadi lebih fleksibel.

Kelima, penyebaran informasi kedunia luar lebih cepat. Dengan adanya media informasi yang berjejaring social mampu memberikan informasi kepada semua elemen masyarakat bahwa eksistensi organisasi tersebut ada.

Keenam, akses kemajuan mahasiswa lebih tajam dan lebih cepat. Penggunaan teknologi mampu memberikan peluang kerja yang lebih besar dan lebih cepat bagi mahasiswa yang berkontribusi dalam organisasi. Karean dewasa ini, lapangan pekerjaan lebih mencari seorang yang memilki skill-skill.

E-Laedership untuk kemajuan organisasi kemahasiswaan sudah saatnya terapkan. Terlebih lagi era digital 4.0 yang sudah mulai diterapkan pemerintah maka secara tidak lansung mahasiswa sebagai kunci perubahan harus mampu beraptasi dengan perubahan tersebut. Disampimg itu, pemerintahpun sudah memfasilitasi dalm proses pemahaman serta pembelajaran untuk penerapan itu sehingga mahasiswa dengan mudah  menjadi langkah awal untuk memulai perubahan kea rah digitalisasi.


Daftar pustaka

Industry.co.id/read/51773/kepemimpinandieradigital

www.kemanpan.co.id/konsepdigitalleaderdieradigital

Tags:

Posting Komentar

2Komentar

Posting Komentar