KETUA PD IPNW LOTENG "HARI RAYA QURBAN SEBAGAI WUJUD KESETARAAN"

pimdaipnwltg
0


Hari raya idul adha merupakan hari Kebahagiaan seluruh ummat manusia di muka bumi. Idul adha yang dilaksanakan tanggal 10 dzulhijjah mengandung banyak sekali makna dan pelajaran yang mampu dijadikan sebagai pedoman dalam bersosial.

            Idul adha disebut juga hari raya kurban, hal ini dikarenakan adanya anjuran, kesunnahan untuk melakukan kurban. Kata kurban sendiri bersal dari Bahasa arab, yakni قرب-يقرب-قربانا   yang berarti dekat. Secara terminology kurban ialah memotong hewan ternak dengan niat mendekatkan diri kepada allah swt. Hal ini semata-mata sebagai symbol ketakwaan kepada yang kuasa atas segala nikmat yang diberikan kepada hamba-Nya. Perintah kurban juga termkatub dalam QS. Al-kautsar, ayat 2 yang berbunyi :

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ

(Maka sholatlah dan berkurbanlah (QS. Al-kautsar: 2 )

Disamping perintah berkutban, jutaan ummat manusia berkumpul di tanah kelahiran baginda nabi Muhammad SAW untuk melaksankan ibadah haji. Namun disinilah keadilan yang Allah SWT berikan kepada kaum muslimin, yakni banyak diantara ummat manusia yang tidak mampu melaksanakan ibadah haji baik itu dilator belakangi oleh factor finansialm ekonimism kesehatan serta keadaan maka sang Rahman memberikan kemudahan untuk mendekatkan diri kepada-Nya yakni dengan berkurban.

Dalam momentum hari raya kurban ini, setidaknya mampu diambil ibrah sebagai perekat kesetaraan antar strata social masyarakat. Ada beberapa ibrah yang dapat diambil diantaranya :

1.      Kebaktian anak dan ketaatan pada sang Khalik

Asal mula qurban berawal dari lahirnya nabi Isma’il As.  Pada saat itu dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim As tidak memiliki anak hingga di masa tuanya, lalu beliau berdoa kepada Allah. “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang sholeh.” (QS Ash-Shafaat : 100). Allah SWT mengabulkan do’a Nabi Ibrahim dengan menganugerahkan seorang putra yang diberi nama Isma’il.

Sewaktu Nabi Isma’il As mencapai usia remaja, Nabi Ibrahim As mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih puteranya Isma’il . Mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara turunnya wahyu Allah SWT., maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim As. Nabi Ibrahim As pun akhirnya menyampaikan isi mimpinya kepada Isma’il untuk melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Isma’il.

Ibrahim berkata : “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka pikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai ayahku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Ash-Shafaat: 102)

Dengan tingkat keimanan yang luar biasa, Nabi Ismail ikhlas melakukan apa yang telah Allah SWT perintahkan. Dan beliau berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu. Sungguh mulia sifat Nabi Isma’il As. Allah SWT. memujinya di dalam Al-Qur’an: “Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Isma’il (yang tersebut) di dalam Al Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul dan nabi.” (QS Maryam : 54)

Nabi Ibrahim As. lalu membaringkan Nabi Isma’il As. dan bersiap melakukan penyembelihan. Nabi Ibrahim As. dan Nabi Ismail As. nampak menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran dalam menjalankan perintah itu. Saat Nabi Ibrahim As. hendak mengayunkan pedang, Allah SWT menggantikan tubuh Nabi Isma’il As. dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang berwarna putih, bermata bagus dan bertanduk. “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS Ash-Shafaat : 104:107).

Dari penjelasan diatas menandakan baktinya seorang anak yang rela disembelih oleh bapaknya atas perintah yang Kuasa.

2.      Mewujudkan kesetaraan

Dalam hal ini, perlu kiranya untuk memperhatikan bahwasanya kurban memberikan kebahagiaan pula pada ummat manuisa lainnya. Daging hewan kurban yang diberikan untuk sesama mampu memberikan makna tersendiri dalam hati masyarakat yang kurang mampu, sehingga dalam kontetks ini semua manusia sama-sama merasakan kebahagian di hari raya. Hal ini mampu menutupi kesenjangan strata social yang ada ditengah masyarakat.

3.      Meningkatkan solidaritas antar sesama

Hikmah berkurban dalam dimensi ini mampu memperat tali silaturrahim antar sesama. Moment hari raya kurban harus dijadikan sebagai ajang memperkuat ukhwah Islamiyah dan wathaniyah dalam beragama dan bernegara. Dinamika yang sering terjadi ditengah bersosial harus dieratkan dan di persatukan dengan moment hari raya, hal ini tentunya melihat situasi dalam berhari raya qurban dengan melaksanakan bergbagai aktifitas seperti takbiran pada sebagian wilayah, proses pemotongan hewan qurban yang tidak mampu dilaksanakan oleh satu orang saja. Dengan itu, akan tumbuh rasa solidaritasme ditengah masyarakat.

        Itulah beberapa ibrah yang dapat dijadikan sebagai pengingat, pelajaran, serta konsep dalam hidup. Semoga nilai-nilai yang terkandung dalam momentum hari raya ini mampu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari..

 

 

 

 

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)